Sepengal Tentang Uang Kuno

 

Berikut ini saya ingin berbagi beberapa cerita,  pengalaman ataupun kejadian menarik seputar uang kuno.

Cerita 1 :
Uang kuno dalam dompet

Seorang sahabat saya memiliki selembar koleksi uang kuno pecahan 2,5 rupiah. Uang tersebut begitu berharga baginya dan selalu dibawa dan disimpannya dengan rapi dalam dompet. Pada transaksi pembelian barang tertentu, terlebih kalau pedagangnya adalah seorang gadis, uang kono kebanggaannya itu bisa dipastikan akan sengaja dikeluarkan dan dipakai untuk membayar. Tentu saja tujuannya cuma untuk iseng semata dan teman saya tersebut sudah sangat puas melihat reaksi pedagang yang bingung, heran atau terkagum kagum pada uang kuno yang hampir tidak pernah mereka lihat tersebut.

Beberapa belas tahun kemudian saya bertemu kembali dengan sahabat saya tersebut. Iseng iseng saya bertanya tentang uang kunonya. Dengan nada sedih di bercerita kalau uang kesayangannya tersebut sudah "almarhum" alias rusak dimakan usia. Lha, wajar saja. Namanya juga uang kertas kalau keseringan dipegang pasti akan hancur.

Cerita ini hanyalah sekedar ilustrasi yang mungkin menarik untuk memberikan gambaran tentang kurangnya pemahaman seseorang tentang cara dan perlakuan terhadap uang kuno. Sayapun pernah melakukannya dulu ketika mengumpulkan uang kuno belum menjadi hobby seperti sekarang. Namanya juga orang tidak tahu.

 

Cerita 2 :
Uang sudah dilaminating !

Saya pernah membaca sepenggal iklan jual beli uang kuno di internet menawarkan beberapa lembar uang kuno dengan harga menarik. Lanjutan penjelasan pada iklan itu membuat saya hampir pingsan. "Barang dijamin dalam kondisi sangat bagus dan tidak kotor karena semua uang sudah saya laminating !" Gedabruak !

 

Cerita 3 :
Uang kuno seharga 1 juta !

Seorang pedagang uang kuno ataupun kolektor pasti tahu kalau  satu juta rupiah untuk harga selembar uang kuno adalah termasuk harga yang wajar. Bahkan bisa jauh lebih mahal, puluhan atau ratusan juta rupiah tergantung kondisi uang dan tingkat kelangkaanya dan sebab lain.

Kejadian menarik timbul kalau transaksi dilakukan oleh orang awam. Semua uang kuno dianggap langka. Seseorang akan menganggap langka pada sesuatu yang belum pernah dilihat dan sesuatu yang langka pasti berharga mahal. Itu adalah logika umum namun sepertinya masih bisa diterima. Yang menggelikan adalah masalah harga, sangat ajaib dan fantastis.

Uang kuno bisa jadi berharga mahal, tapi tidak berlaku untuk semua uang kuno.  Cukup banyak juga uang kuno yang bisa dibeli dengan harga hanya beberapa lembar uang ribuan saja.  Disamping itu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi dari uang kuno tersebut. Uang kuno dengan kondisi dekil dan compang camping nyaris tidak berharga sama sekali. Bagian inilah yang sering tidak dipahami oleh sebagian orang awam dan beranggapan : "Namanya juga uang kuno, ya pasti dekil"

Dalam  transaksi standar sehari hari, membayar dengan uang dekil ataupun uang bersih dan baru adalah sama saja, namun untuk kasus ini uang kuno tidak berfungsi sebagai alat pembayaran tapi sebagai barang dagangan. Jadi ibarat baju baru dan baju bekas  tentu harganya berbeda sedangkan baju bekas, dekil dan robek nyaris tidak ada yang berminat bukan ?

Setiap orang pasti menilai barang miliknya atau dagangannya secara berlebihan dan akhirnya harga jual pun menjadi tinggi, seperti iklan di sebuah toko online "Dijual beberapa lembar uang kuno khusus kolektor. Harga semuanya 1 juta rupiah  . . ." Dan di bawahnya terlampir foto belasan uang kuno pecahan sen dan satu rupiah dengan kondisi dekil.

 

Cerita 4 :
Misteri Uang Sukarno

Menyebut tentang uang Sukarno, ingatan saya melayang ke belakang, puluhan tahun yang lalu. Suatu kali  seorang pedagang keliling mencari info dan berani membayar mahal pada siapa saja yang memiliki uang bergambar tokoh ploklamator ini. Ceritapun cepat menyebar dan mendadak banyak penduduk yang menaruh minat pada uang tersebut. Uang Sukarno yang memang sudah mahal menjadi semakin mahal.

Kebetulan salah seorang sahabat saya memilikinya selembar dan berniat melepasnya kalau ada orang yang berani membeli dengan harga tinggi. Saya kurang tahu apakah akhirnya uang miliknya tersebut sudah terjual atau belum namun yang jelas belakangan saya tahu kalau uang seri Sukarno tersebut ternyata berharga tidak semahal yang saya bayangkan.

Sahabat saya mungkin sepertinya masih termasuk  katagori wajar karena uang Sukarno yang dimilikinya walaupun dari pecahan kecil, setidaknya masih  termasuk uang asli. Dilain kasus banyak orang yang menawarkan uang Sukarno tiruan atau lebih dikenal dengan nama uang suvenir dengan harga yang tidak masuk akal. Penyebabnya adalah karena selain dianggap langka juga dipercaya ajaib, bisa menggulung sendiri kalau diletakkan di atas telapak tangan. Uang ajaib ini juga dianggap spesial karena memiliki rulisan Arab. Seorang pemilik mengatakan bahwa uang langkanya tersebut pernah ditawar  tukar dengan sebuah motor bebek namun ditolak !

 

Cerita 5 : 
Dijual uang kuno,  harga nego hubungi Hp : . . . .

Iklan semacam ini sepertinya wajar pada hampir setiap transaksi di Indonesia bukan cuma sebatas untuk uang kuno saja. Khusus untuk masalah harga sepertinya sudah merupakan budaya kita yang umumnya (segan) untuk menyebutkannya dengan jelas. Tidak ada yang salah tentu saja, namanya juga budaya dan tawar menawar adalah hal umum.

Namun masalah terbesarnya sepertinya adalah data yang sering tidak lengkap. Tidak ada deskripsi apapun tentang barang tersebut plus tidak ada foto lagi. Ketika kita sudah susah payah mengubungi penjualnya, tidak jarang kita akan balik di tanya atau dipancing "Berani bayar harga berapa ?" 

Untuk kasus tertentu, harga nego sepertinya adalah hal yang wajar, misalnya membeli dalam jumlah banyak atau barang mahal. Jadi kasual ini lebih cocok dilakukan untuk pihak pembeli. Jadi untuk kasus transaksi eceran, harga pas sepertinya lebih baik dan lebih cepat. Hanya sekedar pendapat. [end] Demikain sepenggal cerita dan pengalaman unik tentang uang kuno dan melalui blog ini kita bisa berbagi agar sebagian kejadian konyol karena ketidaktahun kita terhadap uang kuno bisa dihindari. salam

 

Ditulis oleh : nyoman ardika
2010