Sabon Dama,
Cerita sedih dalam sejarah Jepang

Sabon dama atau balon sabun, dalam bahasa Indonesia, umum dilakukan oleh anak anak. Dengan alat kecil sederhana, yang bisa kita buat sendiri, balon sabun bisa kita buat dalam ukuran yang lebih besar, lebih cepat dan lebih banyak. Karena ringan, balon sabun ini dengan mudah beterbangan ke segala arah bahkan kadang sampai menyentuh atap rumah. Namun sayang balon ini tidaklah berumur panjang, cuma bisa hidup beberapa detik saja dan akhirnya lenyap, mati tidak berbekas.

Penjelasan balon sabun ini dipakai sebagai ilustrasi di Jepang untuk menggambarkan kehidupan seorang anak yang harus meninggal, dibunuh oleh orang tuanya karena tidak mampu memberi makan. Di jaman itu, negara Jepang mengalami tragedi kekurangan pangan yang sangat hebat, tidak ada sumber makanan apapun yang bisa dimakan. Bahkan disebutkan, rumputpun menjadi barang mewah khususnya pada saat musim dingin. Untuk menghemat jatah makanan yang sedikit, diambillah jalan pintas, yaitu dengan jalan "mengurangi" jumlah anggota keluarga yang ada. "Dengan hati yang sangat pedih dan air mata tertahan, sang bapak harus merelakan kepergian anaknya......dst dst"

Krisis pangan yang hebat tahap kedua kembali dialami negara ini sehabis perang dunia ke dua. Hampir semua kota (kecuali Kyoto) terbakar oleh hujan bom. Di sekitar Hiroshima dan nagasaki, dua tempat yang kita tahu sebagai tempat jatuhnya bom atom, keadaanya lebih parah lagi jauh dari apa yang mungkin saya bayangkan selama ini, namun beruntung cerita sabon dama ini tidak sampai memasuki babak ke dua.

Cerita sabon dama ini sangat terkenal dan menurut teman saya diajarkan di sekolah bahkan ada lagunya segala yang walaupun liriknya pada awalnya sangat bagus, namun begitu mengetahui arti yang terkandung didalamnya terasa sangat menyedihkan. Cerita ini kemudian diperdebatkan, dijadikan bahan diskusi dan setiap orang harus menuliskan pendapatnya masing masing. Tujuannya tentu saja sudah kita ketahui yaitu tidak untuk ditiru, namun untuk mengingatkan akibat buruk yang mungkin ditimbulkan oleh kemiskinan.

Kebenaran cerita ini memang sulit dibuktikan karena berlangsung pada jaman dahulu kala, dimana hukum masih belum dikenal namun cerita ini tetap hidup sampai sekarang. Untuk jaman sekarang, keluarga besar dengan anak banyak yang umum dijumpai di jaman dulu, sudah jarang dijumpai bahkan negara ini saat ini mengalami krisis penduduk karena sedikitnya bayi yang lahir. Dengan kemakmuran ekonominya seperti sekarang ini, harga makanan menjadi semakin murah apalagi untuk makanan import. Bahkan ironisnya banyak makanan yang dibuang percuma demi mempertahankan standar mutu sedangkan di belahan dunia lain kekeringan dan kekurangan pangan, seperti halnya situasi jepang dahulu kala tetap saja berlanjut. Harapan saya mudah mudahan cerita tentang sabon dama ini hanyalah tinggal sejarah. Entahlah, yang jelas saya tidak ingin memperpanjangnya.

 

Ditulis oleh : nyoman ardika
Osaka 10 March 2008


Ilustrasi
Sumber image : keranjangkecil

|| About Me || Aturan Copy Artikel dan Photo || Contac Me ||