Menikmati Photography
Dengan lebih murah dan "mudahh

 

Sasaran pembaca

Hobbies, pemula dan penikmat phootgraphy dengan budget terbatas (seperti saya). (Kalau uang bukan masalah atau kalau Anda hidup dari photography, tread ini tampaknya tidak banyak manfaatnya)



Pengantar

Photography adalah hobby yang harus dinikmati. Tentu saja ! Siapapun tentu tidak akan membatahnya, namun menikmatinya dengan cara murah dan mudah, tentu menyisakan pertanyaan di benak semua orang. gEmang elo pikir moto itu mudah ?h Mohon jangan berburuk sangka. Kata murah dan mudah sengaja saya beri tanda petik untuk menghindari persepsi yang salah. Maaf saya tidak pintar menjelaskan jadi, saya coba tuliskan pengalaman saya sendiri sebagai ilustrasi bahwa photography ternyata bisa dibuat lebih "mudah".

gSaya mau beli kamera, sebaiknya beli body only, lensa beli terpisah atau satu set dengan lensa kit ? Karena saya dengar lensa kit tidak bagus. Terus lensa yang bagus apa ya, mau dipakai indoor dan outdoor, bisa mencover wide dan tele, lengkap beserta alasannya masing masing namun dengan harga yang tidak memberatkan kantongh. Duh, ruwet sekali bukan ?

Saran yang datang berjibum, malah membuat saya tambah bingung. Setelah hampir pingsan melihat harga lensa yang disarankan, akhirnya diputuskan membeli lensa kit. Yah, kenapa sejak awal tidak saya ikuti saja saran pabrik kamera yang tentunya sudah berpengalaman dalam dan tahu kebutuhan kamera dan lensa ideal untuk pemula. Inilah yang saya maksud dengan kata murah dan mudah di atas. Jadi alih alih ingin menikmati photography akhirnya malah terjebak penyakit susah tidur gara gara photography.

Dengan merangkum nasehat bijak rekan senior di FN (di beberapa tread yang pernah saya baca), saya berkesimpulan bahwa photography ternyata bisa dinikmati secara murah mudah dan menyenangkan, dengan cara sebagai berikut :

  1. Maksimalkan peralatan yang Anda punyai.
    Option ini adalah cara termurah dari yang paling murah namun sekaligus paling susah untuk dilaksanakan. gKalau photo jelek, berarti elo moto kurang dekath dalam kondisi tertentu tampaknya jauh lebih murah dibandingkan lensa tele. Kemudaian ada lagi situasi saat saya tidak bisa tidur memimpikan lensa wajib yang katanya bagus untuk tempat gelap. gKalau elo tidak bisa moto di tempat terang, pindah ke tempat gelap akan sama sajah. Jadi mengulang nasehat senior bijak, intinya adalah (mungkin) manfaatkan peralatan Anda semaksimal mungkin, sesuaikan kemampuan dan kebutuhan, belajar moto dari hal yang sederhana, kalau sudah mentok baru upgrade atau tambah peralatan baru. Sialnya saran bijak ini kalah nyaring dengan komentar ngawur saya : g Sudah mentok nih !h

  2. Membuat peralatan dan aksesories photography sendiri.
    Kalau anda sedikit kreatif, sebenarnya banyak peralatan dan aksesories photography yang bisa dibuat sendiri dari bahan murah seperti contoh beberapa rekan FN di bawah. Terlepas dari bentuknya yang aneh bin ajaib, jauh dari kesan gagah, namun kalau anda mengutamakan hasil dan harga (murah) tampaknya cara ini layak di coba.

    Makro dengan Rp 21.000
    Remote control for eos
    Ring Flash Murah Meriah
    Membuat Softbox Sendiri dengan Kain Sprei Putih
    Kaleng krupuk dan arang kayu bakar, alternatif dry box dan selica gel

    Dari site luar
    Ring light
    Light Box
    Diffuser

  3. Menggunakan lensa tua.
    Lensa tua berarti manual fokus ? Ya, tentu saja. Banyak pemula di bidang photography yang tampaknya enggan atau takut menggunakan lensa manual fokus. Alasan utama tampaknya adalah takut kehilangan momen. Anggapan seperti itu tentu saja tidak salah, jadi manual fokus sangat tidak dianjurkan untuk digunakan di acara yang membutuhkan momen cepat, sport atau gbenda bergerakh. Namun kan tidak setiap yang bergerak harus diphoto juga tidak setiap obyek harus dibekukan (freeze). Tukang photo gaya gtidak akan lari gunung di kejarh tampaknya cocok dengan lensa jenis ini. Bagi Anda yang sering mengeluh AF lelet, bukaannya lensa anda kurang besar, speed tidak cukup untuk membekukan obek (penganut aliran : obyek beku=bagus), namun tidak mampu beli yang baru dll, manual focus tampaknya layak dicoba. Tulisan lengkap tentang menggunakan lensa manual ada di link berikut : Kamera digital dengan lensa manual

 

Catatan : Tulisan di atas, sebelumnya pernah saya muat di salah satu forum photography Indonesia. Cukup banyak komontar postif yang saya terima. Salah satu komentar yang masuk sangat berkesan bagi saya dan merasa perlu menuliskannya secara ulang di sini, sebagai ucapan terima kasih.

Komentar terbaik :

........ saya jadi teringat sebuah teori tentang hirarki kebutuhan (Abraham Maslow) ... "Maslow's hierarchy of needs"
Walaupun tidak secara langsung bisa menjelaskan kaitan pada persoalannya, tetapi setidak-tidaknya 'nafsu besar tenaga kurang' menyebabkan orang terjebak pada tingkat keinginan untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih atas, "penghargaan/esteem" ... bahkan ajang unjuk diri "aktualisasi diri/self-actualization"

Orang-orang yang "nafsu besar tenaga kurang" tidak memiliki kebahagiaan hidup dari berhobi fotografi. Dia selalu mengukur 'gear to gears', price to prices', 'data to datas', gosip sana-sini, berkomentar hebat seolah-olah dia bisa membuat gambar lebih bagus (padahal pada kenyataannya, secara average foto-fotonya sendiri tidak terlalu bagus).

Dilain pihak, ada banyak orang yang hobi memotret (dengan alat apapun) dan selalu menikmati foto-foto yang dia buat karena bersifat sangat emosional bagi dirinya. Kalau saja mentalitas ini bisa terus dipertahankan, sambil terus memperbaiki teknik-teknik seni cahaya, saya yakin pada titik ini dia bisa disebut 'menikmati fotografi dengan murah dan mudah'

Saya menghimbau (terutama kepada diri sendiri), bahwasannya fotografi (seni melukis dengan cahaya) tidak tergantung kepada kehebatan/kekurangan 'gear' tetapi pada bagaimana menyikapi momentum dan obyek disekitar kita dengan skill fotografi supaya kita bisa mengabadikannya dengan lebih 'berjiwa'. ...........................

 

Penutup dan kesimpulan

Upgrade peralatan memang menyenangkan, namun kalau kita tidak ada atau belum ada budget, upgrade ilmu photography sepertinya merupakan pilihan yang bijak. Jadi dalam situasi kurang sekalipun, photography sebenarnya tetap bisa dinikmati dengan menyenangkan bukan ?

Semoga berguna

 

Ditulis oleh : Nyoman Ardika

Osaka 2007

 


top page

 

 
 
Copyright © limadaki