Kamera Digital dengan Lensa Manual

 

Edit dan revisi
Tambahan untuk Split Focus Screen dan Facebook botton (bagian bawah)


PENGANTAR

Sejak era digital mulai diperkenalkan pada kamera, photography menjadi semakin menarik dan menyenangkan untuk dinikmati, baik sebagai hobby atau bahkan profesi. Dengan semakin banyaknya orang yang menekuni hobby ini, satu hal yang paling mengembirakan adalah harga kamera digital sudah menjadi relatif semakin murah dibandingkan saat teknologi ini diperkenalkan pertama kali. Namun murahnya harga kamera ternyata tidak diikuti oleh penurunan harga lensa yang signifikan atau bahkan bisa dikatakan cendrung semakin mahal.

Sebagai salah satu alternatif menghindari harga lensa baru yang relatif mahal tersebut, sebagian penghobby photo mulai berpaling ke lensa tua. Lensa tua berarti lensa manual ? Ya, tentu saja, namun sedikit perlu digaris bawahi yaitu, lensa tua berarti lensa manual namun tidak semua lensa manual berarti lensa tua. Beberapa lensa merek Carl Zeiss, Voightlander ataupun Nikon masih memproduksi lensa manual sampai saat ini. Jaman dulu, sebelum teknogi AF (auto focus) diperkenalkan pertama kali sekitar tahun 70an, semua kamera atau lensa adalah manual focus(MF).

Salah satu perbedaan utama ditinjau dari bentuk fisik dari lensa tua (selanjutnya saya sebut lensa manual) dibandingkan dengan lensa AF adalah adanya gelang diafragma pada lensa. Jadi diafragma diatur dengan memindahkan diafragma ke bukaan (angka) yang kita inginkan dan fokus sepenuhnya dilakukan dengan hanya dengan cara memutar ring fokusnya saja. Titik fokus yang umum dijumpai pada kamera AF juga praktis tidak ada dengan menggunakan lensa manual. Kebanyakan lensa manual adalah prime lens/fixed focal length sedangkan lensa zoom kebanyakan adalah lensa manual keluaran terbaru.

Kadang terdengar sedikit janggal , di era digital, serba automatic dan membutuhkan "gerak cepat"sekarang ini, masih ada orang atau komunitas tertentu yang sepertinya berpaling ke jaman batu dan asik bermanual fokus ria.

Pengetahuan Dasar Menggunakan Lensa Manual

Kalau anda tertarik untuk menggunakan lensa manual atau ingin tahu sekedar untuk menambah wawasan, maka ada 3 pengetahuan dasar yang harus dipahami, plus 1 sebagai pengetahuan tambahan yaitu :

  1. Keuntungan dan Kelemahan menggunakan lensa manual
  2. Pengetahuan tentang Lensa Adapter
  3. Pengetahuan tentang Lensa Mount
  4. Split Focus Screen (tambahan)

 


Bagian I
KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN

Keuntungan mengunakan lensa manual
1.
Harga murah
Tampaknya tidak bisa dibantah kalau dikatakan bahwa faktor harga adalah penyebab utama dari kebanyakan penggemar lensa manual. Harga lensa manual umumnya kurang dari 2jt an dan tidak jarang cuma berharga beberapa ratus ribu saja. Kunci utama untuk mendapatkan harga murah adalah sabar mencari dan harus mau meluangkan waktu keluar masuk toko loak atau toko bekas. Bagi sebagian orang, mungkin disinilah letak kenikmatan menggunakan lensa tua ini dibandingkan dengan membeli lensa baru.
2. Diafragma besar dan fix
Lensa manual kebanyakan adalah lensa prime dengan focal length terbanyak adalah lensa 50mm F 1.4 atau 1.8. Lensa ini bisa dikatakan sebagai lensa standard atau lensa kit-nya pada jaman kamera film manual. Lensa umum lainya adalah 35mm dan 28mm dengan harga sedikit lehih mahal dari lensa 50mm. Dibandingkan dengan lensa AF, lensa berdiafragma 2.8 atau bahkan 1.2 relatif lebih mudah dijumpai pada lensa manual dibandingkan dengan lensa AF.
3.
Bentuk klasik dan kokoh
Hal yang paling membedakan dari lensa manual dengan lensa modern adalah bentuknya yang klasik, sanggar atau kadang aneh dan berat karena terbuat dari metal. Body lensanya biasanya penuh dengan berbagai angka dan tulisan yang digrafir membuat bentuk lensa menjadi bertambah unik dan memepertegas kesan manualnya. Kamera boleh sama, namun yang paling membedakan adalah lensa nya. Kalau anda memakai lensa maka dipastikan anda tampil beda.
4.
Toleransi Merk
Umumnya body kamera hanya bisa menerima lensa dengan merek atau mount yang sama, namun dengan menggunakan lensa manual, memberikan keuntungan tersendiri karena bisa dipasangkan dengan body kamera lainya. Jadi kamera Canon lensa Nikon misalnya bukanlah hal aneh lagi dalam komunitas lensa manual, demikian juga dengan lensa lainya.
5.
Semua lensa automatis Stabilize
Khusus pada kamera tertentu yang dilengkapi dengan filtur Anti Shake di body, tentu merupakan keuntungan tersendiri, karena semua lensa automatis sudah terstabilisasi. Note : pada kamera merk atau type tertentu (olympus ?!) fasilitas Anti Shake sepertinya tidak berfungsi, silakan baca buku manual untuk info yang lebih jelas)
6.
Alasan lain
Tiga alasan diatas tampaknya paling umum, namun ada juga rekan lain yang mempunyai alasan tersediri seperti misalnya, bebas dari front atau back focus, battery kamera menjadi sangat awet karena tidak memerlukan supply energy untuk memutar auto focus. Alasan lainya yang juga populer adalah : Mendapat warisan lensa lama. Photografer tua yang ingin bernostalgia dengan lensa lama. Photografer baru yang "ingin tahu". Photographer bermodal dengkul. Dan yang terakhir adalah photografer kesepian yang tidak memiliki teman yang bisa dipinjami lensa.

Kelemahan dan kekurangan lensa manual
1.
Mengunakan Adapter
Menggunakan tambahan alat adapter ini berarti pula tambahan biaya sehingga lensa "murah" kita kadang menjadi tidak murah lagi. (Note : pengguna kamera Nikon dengan lensa/mount Nikon, ataupun Pentax dengan lensa/mount Pentax adalah perkecualian)
2. Manual focus only
Menggunakan lensa tua berarti anda harus siap bermanual focus dan melupakan auto focus. Faktor inilah yang sering menjadi momok dari penghobby photo pemula yang terbiasa dengan lensa AF adalah khawatir kehilangan momen. Tentu saja, lensa manual ini memang kurang cocok digunakan untuk event yang membutuhkan gerak cepat seperti sport misalnya. Untuk photografer lanscape atau still life AF tidaklah terlalu penting, kecuali moto landscape dengan obyek gunung yang sedang meletus tentu memerlukan gerak cepat yaitu lensa AF. Kesulitan auto fokus juga bisa diatasi dengan mengganti focus screen.
3.
Manual Mode atau AP/Tav only
Mode yang bisa digunakan terbatas hanya pada Mode Manual atau Aperture Priority Mode saja. Mode scene lainnya nyaris tidak berfungsi
4.
Rentan Flare
Lensa manual tua rentan terhadap flare (hasil photo silau atau putih berkabut). Salah satu penyebabnya mungkin adalah karena sifat sensor pada kamera digital yang berbeda dengan film, sehingga sebagai konskwensinya harus diimbangi dengan kemampuan lensa yang lebih baik seperti tambahan lensa ED, anti flare dsb, yang tentu saja berakibat harga lensa menjadi semakin mahal. Flare ini biasanya muncul pada kondisi pemotretan tertentu dan ekstrem seperti menentang cahaya matahari dll.
5.
Kondisi lensa
Lensa tua biasanya kondisinya kurang bagus atau cendrung babak belur. Fogging, jamur dan debu umum dijumpai. Fogging artinya kondisi optik yang putih berkabut tipis sedang jamur yang dimaksud tentu bukan jamur segede kuping yang biasa dijual di rumah makan. Dengan menjemurnya di bawah terik matahari, jamur akan kering dan mati. Untuk jamur yang tidak terlalu parah yang walaupun tetap bandel dan membekas di lensa biasanya tidak akan berpengaruh banyak ke hasil photo. Bagi yang senang bongkar pasang, lensa tua tampaknya obyek yang bagus untuk bereksperimen karena jeroan dalam lensa manual yang sederhana dibandingkan dengan lensa AF. Tentu saja, lensa tua dengan kondisi bagus masih banyak ditemukan terutama pada toko yang khusus menjual peralatan kamera. Kondisi menyedihkan yang saya sebutkan di atas biasanya umum dijumpai di pasar loak atau flea market.

 

 


Bagian II
LENSA ADAPTER


Contoh lensa adapter, tanpa dan dengan chips


Apa itu Lensa Adapter ?

Lensa Adapter adalah alat tambahan yang dipasangkan pada lensa agar lensa dengan mount tertentu bisa dipasang di kamera dengan mount yang berbeda. (Pengertian mount, selengkapnya ditulis di bagian bawah.). Penjelasan mudahnya, antara kamera dan lensa yang berbeda merek adalah tidak bisa dipasang begitu saja tanpa bantuan adapter, kecuali kalau lensa itu memang dibuat khusus untuk kamera merek yang bersangkutan, misalnya lensa Tamron, Sigma, Tokina atau beberapa lensa lain seperti Carl Zeiss dan Voigtlander.

Jadi tidak berlebihan kalau saya sebutkan bahwa adapter itu adalah semacam "alat akal akalan" dari para penggemar photography agar bisa menggunakan atau memanfaatkan lensa yang diinginkan. Adapter ini bisanya diproduksi oleh perusahaan pihak ke 3 (Third party). Produsen kamera semacam Nikon, Canon, Olympus ataupun Pentax tentu tidak akan pernah menciptakan alat semacam ini, kecuali sebatas adapter untuk lensa produksinya sendiri. Misalnya adapter Canon EF- Canon FD atau sejumlah adapter yang diproduksi oleh Pentax.

Metering dan Auto fokus

  1. Metering berfungsi sempurna pada (hampir) semua kamera digital merek apapun. Perkecualian (matering tidak berfungsi) hanya terjadi pada kamera Nikon merk tertentu seperti D80, D40, D60 dan level yang lebih rendah. D100 juga termasuk di dalamnya. Pada Nikon D200, D300 atau yang lebih tinggi, metering berfungsi seperti biasa.
  2. Untuk Auto fokus, jawabannya adalah AF tidak berfungsi alias manual focus only. Auto fokus terjadi karena adanya kontak elektronik antara lensa dengan body yang terhubung dengan suatu alat berbentuk chips elektronik. Lensa manual tidak memiliki alat semacam itu karena teknologi ini baru ditemukan belakangan. Mungkin beberapa orang dibingungkan oleh pengertian "Adapter with focus confirmation".
Note : metering berfungsi untuk mengukur cahaya yang masuk jadi tanpa metering bukan berarti kamera tidak bisa digunakan sama sekali. Hanya penggunaannya menjadi lebih susah. Bagi yang belum terbiasa dengan lensa manual, dengan ataupun tanpa metering tetap saja sama susahnya.

Adapter with focus confirmation Chips

Adapter umumnya ada dua type yaitu tanpa atau dengan chips. Adapter dengan chips tambahan memungkinkan kita untuk memfokus dengan tapat dan akurat. Ketika obyek yang kita bidik sudah berada dalam posisi focus maka kamera akan memberikan informasi berupa bunyi "bip" , kedipan lampu indikator dll. Tentu saja adanya chips tambahan ini akan membuat adapter ini berharga lebih mahal dibandingkan adapter biasa tanpa chips. Untuk kamera Nikon type apa saja, sudah dilengkapi dengan filtur focus confirmation lamp sehingga adapter jenis ini sepertinya tidak diperlukan lagi demikian juga dengan Pentax dengan fucus trap-nya.

Adapter dengan optik tambahan

Adapter ini populer digunakan pada lensa manual Canon (Canon FD). Penggunan adapter biasa (tanpa lensa tambahan) akan menyebabkan kita hanya bisa memfoto obyek berjarak dekat saja dan lensa menjadi kehilangan kemampuan untuk fokus infinity (obek jauh). Kombinasi kamera lain yang juga mempunyai kasus yang sama adalah kamera Nikon dengan lensa M42. Selain yang disebutkan di atas, bisa mengunakan lensa adapter biasa tanpa masalah sama sekali.

Dimana saya bisa membelinya dan berapa harganya ?

Sepanjang pengetahuan saya, lensa adapter ini adalah termasuk barang yang tidak diproduksi secara resmi oleh produsen kamera. Di toko kamera besar, biasanya lensa adapter ini tidak akan ditemukan. Untuk mendapatkannya, anda kadang harus membelinya ke toko kamera kecil atau lewat toko online, forum, ebay, yahoo auction dll. Bagi mereka yang tinggal di Indonesia sepertinya jauh lebih mudah karena tersedia di toko kamera atau forum photography dengan harga yang sangat murah. Harga yang ditawarkan bervariasi dari yang polos telanjang tanpa merek, tanpa dus, dan tanpa chips seharga 100ribuan atau adapter mahal dan bermerek seperti Novoflex buatan Jerman dikenal sangat bagus (kata orang sih !) seharga 2,5 jutaan atau merek Hansa untuk harga yang lebih murah. Dari semua lensa adapter yang ada, adapter mount M42 adalah yang paling murah (100-400ribuan rupiah) sedang adapter mount lain biasanya dua kali dari mount M42. Adapter dengan chips biasanya berharga dua kali lipat dari yang tanpa chips. Link penjual yang bisa saya rokemendasikan adalah : disini atau disini

Apakah adapter ini aman dipakai ?

Jujur, saya tidak tahu dan juga tidak berani memberikan jawabannya yang pasti. Saya hanya bisa memberikan gambaran bahwa lensa manual mempunyai penggemar yang tidak sedikit dan sampai saat ini sama sekali tidak ditemukan keluhan yang berarti dan yang jelas saya juga telah memakainya dalam jangka waktu lama tanpa masalah apapun.

Menurut pendapat saya pribadi, error atau kerusakan kebanyakan terjadi karena masalah koneksi elektronik antara body dan lensa dan ini umumnya terjadi pada kamera atau lensa auto focus. Jadi kalau dari awal koneksi elektronik ini dihilangkan atau tidak ada, maka error semacam ini tentu saja tidak akan pernah ada.

Jadi error pada kamera dengan lensa manual umumnya disebabkan karena chips adapter yang rusak. Masalah seperti ini sepertinya ini juga umum terjadi pada lensa AF jadi masalah terjadi karena masalah elektronik bukan karena masalah adapter. Sehingga pengguna adapter dengan chip tambahan, sebaiknya sedikit hati hati dalam pemilihan adapter atau membeli adapter dengan merek yang sudah terpercaya. Hal inilah yang menyebabkan adapter dengan chips tambahan dari merek terkenal menjadi lebih mahal dari adapter tanpa merek. Kalau anda menggunakan adapter polos tanpa chips apapaun sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kecuali beberapa kasus kecil seperti adapter yang tidak pas pada kamera type tertentu, terlalu longgar, terlalu sempit sehingga menggerus atau memakan mount body, pinggiran adapter yang tidak halus dan melukai tangan dll. Namun sepertinya hal ini adalah diluar konteks permasalahan.

Satu satunya kendala fatal yang mungkin terjadi adalah tertahan atau bahkan pecahnya miror karena bertabrakan dengan ujung belakang lensa "asing" yang nekad anda pasangkan. Kasus ini termasuk langka dan juga hanya terjadi pada kamera Canon type 5D saja dan mungkin juga type full frame di atasnya (?). Jadi untuk mengatasinya, beberapa orang nekad memotong miror kameranya menjadi lebih pendek atau hanya memakai lensa yang mempunyai pantat rata tanpa tonjolan apapun. Contohnya adalah lensa M42. Jadi sekali lagi, kasus semacam ini sama sekali tidak perlu dikhawatirkan karena untuk kamera type selain di atas, sama sekali tidak ada masalah apapun. Jangankan lensa tua, lensa modern type EF-S pun tidak bisa dipakai salah satunya (mungkin) karena mempunyai tonjolan yang membahayakan miror tersebut (?).

Adapter apa yang cocok untuk kamera saya ?

Secara garis besar kita harus mengetahui dulu mount lensa yang kita miliki atau hendak kita beli. Setiap adapter pasti ada lensanya namun tidak semua lensa ada adapternya. Beberapa lensa merek tertentu seperti Konica F, Fujica X, Minolta MD dan Miranda misalnya hampir tidak ada adapternya, sedangkan bererapa lensa lain walaupun ada adapternya namun relatif susah didapatkan. Adapter lensa M42 dan Nikon adalah adapter yang paling umum dan mudah didapatkan sedangkan Canon FD, Contax/Yashica, Leica dan Pentax bisa ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit.

Berikut ini adalah daftar tabel yang mungkin bisa Anda gunakan sebagai acuan membeli adapter ataupun lensa yang tepat. (Bagi yang membutuhkan daftar yang lebih lengkap bisa dilihat disini )

Flange Focal Distance

Nama Lensa
Nama Kamera
Merek FFL EOS
44.0mm
Nikon
46.5 mm
Olympus
38.67 mm
Pentax
45.5 mm
Sony
45.5 mm
Micro 4/3
20 mm
M42 45.5 mm
Eos - M42
Nikon-M42
4/3-M42
Pentax-m42
Sony-M42

Baca

catatan

kaki

Nikon 46.5 mm
Eos-Nikon
Free Adapter
4/3-Nikon
Contax 45.5 mm
Eos - C/Y

4/3 - C/Y
Yashica 45.5 mm
Eos - C/Y

4/3 - C/Y
Olympus OM 46.0 mm
Eos - OM
4/3 - Om
Leica R 47.0 mm
Eos Leica R
Adapter Special
4/3-Leica R
Leica M 27.8 mm
Voiglander M 47.0 mm
Pentak K 45.5 mm
Eos-Pentax
4/3-Pentax
Free Adapter
Sony-Pentax
Pentak 135 mm M format
Pentax-135
Pentak 35mm (645) 70.87 mm
Pentax-645
Petri Bayonet 45.5 mm
Ricoh Bayonet 45.5 mm
Yashica FR, FX 45.5 mm
Canon FD 42.0 mm
Eos-FD
Fujica X 43.5 mm
Konica F 40.5 mm
Minolta MD 43.5 mm
Miranda 41.5 mm
Hasselblald 74.9 mm
Eos- Hassel
Nikon-Hassel
Voiglander SL  
(Mount F)
(Mount K)
Carl Zeiss  
(Mount ZE)
(Mount ZF)
(Mount ZK)


Keterangan:

  1. FFL (Flange Focal Distance) : adalah jarak lensa dengan sensor. Angka ini untuk sementara bisa diabaikan saja.
  2. Kolom yang dikosongkan berarti adapter belum diketahui atau kemungkinan adapternya belum pernah dibuat.
  3. Warna merah berarti lensa tidak bisa focus infinity sehingga memerlukan adapter dengan optik tambahan
  4. Free Adapter : lensa dicolok langsung ke body kamera tanpa memerlukan adapter apapun
  5. Dua lensa terakhir adalah lensa manual keluaran baru porduksi Cosina. Tersedia juga crew mount untuk merek Carl Zeiss dengan kode ZS.
  6. Format Micro 4/3 bisa menggunakan hampir semua lensa merek apapun. Hal ini disebabkan karena fromat system kamera ini mempunyai FFL yang paling pendek dari semua kamera digilal yang ada. Agar bisa menggunakan lensa tertentu, kadang diperlukan lebih dari satu adapter dengan tipe yang berbeda.

 


Bagian III
LENSA MOUNT

Apa itu mount ?

Saat kita melepas lensa dari bodynya maka akan tampak lobang bulat berpinggiran metal pada kamera. Bulatan metal di body dan juga "pasangannya" yang ada di lensa inilah yang disebut dengan Mount Kamera (camera mount). Tiap merk kamera mempunyai mount yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan antara lensa dengan body merk yang berlainan tidak bisa dipasangkan. Bagi seorang penghobby photo, pengetahuan tentang mount ini mutlak diperlukan jadi tidak terbatas hanya pada penggemar lensa manual saja.

Secara garis besar mount suatu lensa bisa ditebak dari merek lensanya. Lensa Nikon sudah pasti F mount, Canon lama adalah FD mount, Lensa ulir adalah S mount dan seterusnya. Namun bagaimana kalau lensa tersebut diproduksi oleh pabrik yang khusus memproduksi lensa seperti Tamron, Sigma, Tokina atau Zeiss ? Jadi walau sudah ditulis panjang lebar, bagi seseorang yang belum terbiasa tetap akan membingungkan. Jadi berikut ini saya sertakan beberapa photo sebagai gambaran awal.

Mount M42

Nikon (F Mount)

Canon (FD Mount)

Olympus OM

Contax dan Yashica (C/Y Mount)

Pentax (K atau PK Mount)

Minolta (MD Mount)

Leica R

Mount M

Mount L

 

Mount M42

Mount sederhana ini awalnya merupakan mount standard dari kamera lama. Nama lainnya adalah Screw Mount, S Mount, Mount Ulir dll. Apapun namanya yang jelas lensa mount ini sangat fleksible digunakan untuk berbagai kamera SLR manapun baik untuk kamera film manual , film AF ataupun digital. Bentuk mountnya yang sangat khas dan sederhana membuat lensa ini sangat mudah untuk dikenali. Hampir semua produsen kamera lama pernah memproduksi lensa mount ini namun yang paling populer dan mudah ditemukan adalah Lensa Takumar, produksi Asahi Pentax. Diantara lensa ulir yang ada, yang dianggap bergengsi dan banyak diburu adalah merek Carl Zeiss, Schneider Kreuznach Voigtlander serta Meyer Optic. Yang paling menarik, lensa mount primitif ini sampai sekarang masih diproduksi oleh produsen lensa Cosina untuk merek Carl Zeiss dan Voigtlander.

Selain mount 42, lensa ulir lainya dengan diameter yang berbeda, M24 dan M33 dalam jumlah dan penggunaan terbatas. Secara fisik mount ini nyaris sama dengan Mount M42, karena sama sama berbentuk ulir, yang membedakan adalah ukuran diameternya (lihat photo pada Mount L)

Mount FD (Canon)

Merupakan mount lama dari kamera Canon. Satu hal yang mungkin merupakan kekurangan dari lensa ini adalah tidak bisa focus infinity dengan menggunakan adapter biasa, jadi harus menggunakan adapter khusus yang mempunyai optik tambahan. Penggunaan adapter semacam ini tentu saja kurang disukai karena dipercaya akan mengurangi kualitas image. Hal inilah yang menyebabkan banyak penggemar lensa manual akhirnya mengurungkan niatnya memiliki lensa ini.

Mount F (Nikon)

Nikon sepertinya menjadi pilihan utama dari sebagaian besar penggemar manual karena relatif mudah untuk didapatkan serta range yang sangat lengkap. Satu hal yang menarik, selain lensa Nikon manual, lensa keluaran baru berteknologi AF pun bisa digunakan sebagai pengganti lensa manual. Hal ini disebabkan pertama, karena Nikon tidak mengalami perubahan mount sama sekali dari MF ke AF. Kedua, sebagian lensa AF keluaran Nikon juga memiliki gelang diafragma sehingga bisa dipakai seperti layaknya lensa manual lainya. Lensa semacam ini biasanya berkode AF-D. Untuk kamera dengan body bermerk selain Nikon, auto fokus tentu saja tidak berfungsi.

Harga dari lensa manual merek ini sangat bervarisasi jadi tinggal disesuaikan dengan kemampuan dan budget. Nokton adalah lensa Nikon terkenal memiliki ketajaman prima di kondisi bukaan diafragma terbesar (F1.2) Harganya sekitar 40 jutaan, jadi kalau untuk sekedar hobby saja, sebaiknya di abaikan saja. Bagi mereka yang tetap menginginkan lensa bukaan besar F 1.2 dengan harga yang lebih ekonomis, bisa memilih Nikon 50mm F1.2 dengan harga sekitar 5jutaan (baru) atau 2-3jutaan (bekas). Sekedar catatan, sampai saat ini Nikon masih memproduksi lensa manual fokusnya dan bisa ditemukan di sejumlah toko kamera ternama di luar negeri. Link Harganya ? Sama mahalnya atau bahkan jauh lebih mahal dibandingkan lensa AF.

Mount PK (Pentax)

Seperti halnya lensa auto focus bercode AF-D pada Nikon yang mempunyai gelang diafragma, Pentax juga memiliki lensa yang mirip dengan hal itu yaitu Pentax FA. Beberapa dari lensa FA ini, terutama edisi Limited-nya mempunyai bentuk yang sangat indah dengan kualitas yang tentu saja tidak diragukan lagi. Disamping memproduksi kamera berformat 35mm, Pentax juga memiliki lensa medium format disamping lensa ulir mount 42 seperti Takumar, sehingga pengguna system Pentax memiliki range pilihan lensa yang lumayan lengkap. Ditambah lagi dengan filtur anti getar yang ditanam di body, maka kamera Pentax menjadi alternaif yang sangat menarik karena semua lensa otomatis akan menjadi stabilize.

Mount OM (Olympus)

Lensa Olympus sering dipilih oleh sebagian pecinta lensa manual karena kualitas photo yang dipercaya rata rata sangat tajam namun sepertinya lensa ini tersedia dalam jumlah yang terbatas dan dengan harga yang cukup mahal.

Mount C/Y (Contax Yashica)

Contax dan Yashica adalah dua merek kamera yang berbeda tetapi memiliki satu mount bersama yaitu C/Y Mount. Kamera Contax sendiri diproduksi oleh Kyosera namun sudah berhenti memproduksi kamera, demikian juga dengan Yashica. Hampir semua lensa Contax umumnya mempunyai design yang sederhana dan cendrung seragam. Pada bagian depan biasanya tertulis nama Carl Zeiss dan dengan tambahan code T* berwarna merah. Yang jelas, disini tentu kita tidak membicarakan lensa Carl Zeiss mount Alfa buatan Sony atau Carl Zeiss buatan Cosina tentu saja. Jadi menyebut lensa Contax berarti menunjuk kepada lensa Carl Zeiss dengan mount C/Y. Lensa Contax ini i bisa temukan relatif mudah sedangkan Yashica hanya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas.

Mount MD (Minolta)

Kamera Minolta sangat populer pada era tahun 60 an terutama untuk kamera rangefinder-nya. Tahun 2003, Minolta bergabung dengan Konica menjadi Konica Minolta namun akhirnya (divisi kamera) dari perusahaan gabungan ini "bankrut" dan diambil alih oleh Sony. Jadi karena Sony adalah pemain baru di bidang kamera digital, lensa manual lama merk Sony tentu saja tidak ada. Lensa ini relatif jarang ditemukan karena kebanyakan kamera Minolta adalah bertipe rangefinder. (Penulis sendiri mengawali hobby photography dengan bermodalkan kamera merek ini)

Mount Leica R

Leica R memiliki banyak variant mount seperti R-3cam, R-2 Cam, R Rom dst. Sepanjang anda tidak memiliki kamera Leica dan hanya berniat "mencicipi" lensanya saja maka semua varian lensa di atas bisa diabaikan karena adapternya adalah sama alias hanya ada satu jenis saja.

Lensa Leica, dari jaman "flash bubuk mesiu" sudah terkenal super mahal dan bergengsi sehingga peminat atau pemakainya relatif sedikit dan hanyalah golongan tertentu saja. Ada harga ada rupa jadi harga selangit untuk satu lensa butut sekalipun bukanlah tanpa alasan sama sekali. Ketajaman, kontrast, kharakter warna dan bokehnya sangat berbeda dengan lensa produksi merek lain. Pendapat ini sepenuhnya saya copy paste dari review jadi bukan pendapat sendiri. Sedangkan bagi saya pribadi lebih terpesona dengan harganya ketimbang hasilnya. Walaupun tidak tahu apapun tentang lensa Leica, agar tulisan ini terkesan lengkap (bergengsi) , bagian ini saya sertakan juga. Fuihh . . .

Mount M (VM dan ZM)

Mount dari beberapa kamera rangefinder lama. Mount ini mempunyai FFL (lihat tabel di atas) yang sangat pendek sehingga terbatas hanya bisa digunakan untuk kamera beformat Micro 4/3.

 

Bagian IV
SPLIT FOCUS SCREEN

Menggunakan lensa manual fokus tentu saja sangat tidak mudah. Salah satu kesulitan terbesar umumnya adalah saat memfokus obyek. Sangat sulit untuk memastikan apakah obyek yang akan kita bidik sudah fokus atau tidak karena semua itu nyaris hanya menggunakan kecermatan mata saja. Untuk adapter yang sudah dilengkapi dengan Auto Focus Confirmation Chips (AFCC), atau kamera merek Nikon yang sudah bulit ini AFCC didalamnya mungkin sedikit lebih mudah karena setidaknya ada lampu indikator yang akan menyala saat fokus.

Namun tambahan Chips pada adapter inipun belum tentu effektif karena besar kemungkinan pengguna akan stress karena lampu indikator yang terus berkedip sebagai penanda bahwa obyek belum fokus dan terkunci. Cara yang lebih effektif dan paling banyak digunakan oleh pencinta manual focus sejati adalahadalah dengan menggunakan Split Focus Screen (SFC). SFC ini cara kerja atau penggunaannya sepenuhnya sama dengan penggunaan kamera manual jaman dulu, disaat auto focus belum ditemukan. Jadi focus screen di kamera anda harus diganti dengan focus screen model Split.

SFC ini merupakan tambahan saja yang artinya tidak mesti harus ada. Jadi dengan tanpa mengganti focus screen-pun anda sudah bisa menikmati fotografi dengan lensa manual.

Demikian tulisan sederhana saya tentang lensa manual. Tulisan lengkap tentang Lensa Mount bisa di baca di tulisan saya yang lainnya disini : disini.

Semoga bermanfaat

Ditulis oleh : Nyoman Ardika
Osaka, May 2009
Revisi terakhir : 03 Oktober 2009

 

Kalau Anda tertarik dengan lensa manual lebih jauh, link ini mungkin akan sangat berguna :
Bahasa Indonesia : http://lensamanual.net
English : http://www.mflenses.com/
English : http://forum.manualfocus.org/

Ucapan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu meberikan data, image dan info pada tulisan ini. Konstribusi, saran dan perbaikan dari rekan lain masih tetap diharapkan. (Komentar juga termasuk salah satu bentuk konstribusi dalam bentuk lain)

 

Visit my other blog, UANG KUNO INDONESIA


top page

 

| Home | Folder Foto | Artikel | Profile | Contac |

 
 
Copyright © limadaki