Etika dan
Sopan Santun
Pendahuluan
Agama bisa jadi bukan merupakan sesuatu hal yang penting
dinegara tersebut, namun kalau sudah menyangkut tentang
etika, sopan santun, tata krama ataupun basa basi, maka
situasinya akan menjadi terbalik, ribet, rumit, membosankan
atau bahkan keterlaluan. Namun suka ataupun tidak suka,
bagian ini harus dipelajari oleh semua orang, bahkan tidak
terkecuali untuk golongan yakuza sekalipun.
Bagaimana dengan orang asing, bukankah bagian ini tidak
ada hubungannya sama sekali ? Benar, khusus untuk orang
asing, sebagian besar dari sopan santun ini tidaklah terlalu
penting dan sebagian besar dari mereka bisa memakluminya
atau bahkan terlihat lucu kalau dilanggar. Namun khusus
untuk beberapa bagian tertentu bisa beakibat fatal kalau
dilanggar.
Etika dan sopan santun sebetulnya bukanlah hal yang terlalu
susah untuk dipahami ataupun dilaksanakan, karena umumnya
hampir sebagian besar adalah sama saja dan berlaku universal
tanpa batas negara. Seelengkapnya adalah sebagai berikut.
Semoga bermanfaat
Etika Dasar
Bagian ini memuat etika dasar yang sepertinya
sudah berlaku umum dan berlaku di wilayah atau negara mana
saja, jadi sepertinya tidak terlalu susah untuk dilakukan.
Perbedaannya mungkin hanya terletak pada istilah dan bahasa
saja. Kata "hallo, thank you atau sorry" sepertinya
sudah lebih dari cukup. Apalagi kalau anda mengucapkannya
dengan senyum tersungging di bibir, maka segala tetek bengek
tentang etika sepertinya sudah tidak diperlukan lagi karena
sudah berlaku universal, kecuali saat minta maaf.
Salam
Mengucapkan salam atau Aisatsu
adalah merupakan bagian awal dan sekaligus paling dasar
dari pelajaran sopan santun. Saat kita belajar bahasa asing
manapun, bagian ini selalu ditempatkan pada pelajaran paling
depan yang sedikit membuktikan batapa pentingnya Aisatsu
ini harus dikuasai dan dilakukan.
Salam bukan hanya penting digunakan untuk
situasi resmi, untuk orang asing atau orang lain, tapi juga
digunakan untuk lingkungan teman dan bahkan keluarga sendiri.
Secara umum salam yang paling umum dipakai adalah kata Konnichiwa,
yang artinya kira kira adalah Hallo
! Jadi kata ini sangat mudah digunakan terlebih untuk
orang asing dan bisa dipakai salam segala kesempatan.
Satu lagi hal menarik menurut saya adalah,
salam salam khusus yang hanya dikenal dalam dunia dagang
yaitu, Irrashaimase
yang artinya kita kira adalah selamat datang. Jadi saat
seseorang memasuki restoran, rumah makan ataupun toko apapun
di negara tersebut, pengunjung selalu disambut dengan salam
ini atau bahkan dilakukan secara serempak oleh semua pegawai
toko. Contoh kecil ini mungkin bisa memberikan sedikit gambaran
bagaimana pentingnya fungsi salam bagi budaya mereka.
Jabat tangan
Khusus mengenai jabat tangan adalah satu
hal yang perlu sedikit diperhatikan. Umumnya orang Jepang
tidak akan menyentuh orang yang belum dikenalnya sehingga
jabat tangan bukanlah merupakan budaya mereka. Sebagai gantinya
mereka biasanya akan membungkukkan badan yang mungkin telah
Anda ketahui. Dalam hubungan bisnis dan formal bisa jadi
bungkukan badan yang dilakukan akan lebih dalam lagi dan
dilakukan selama berkali kali. Kadang bukan hal yang aneh
kalau kebiasaan yang sudah mendarah daging ini kadang dilakukan
juga ketika menerima telephone ! Khusus untuk orang asing,
mereka umumnya lebih toleran dan akan tidak menolak kalau
kita mengulurkan tangan untuk berjabatan. Jadi cara mana
yang akan Anda pilih hendaknya disesuaikan dengan situasi.
Terima kasih dan minta
maaf
Mengatakan terima kasih dan juga minta maaf tentu bukanlah
hal yang sulit karena kitapun pasti sudah biasa melakukannya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahasa bukanlah yang
terpenting namun ketulusan dalam mengucapkannya adalah yang
paling penting.
Khusus untuk permintaan maaf, sepertinya
harus ditulis dengan sedikit lebih lengkap karena cukup
komplek dan sulit dalam bahasa Jepang. Kalau kita mencarinya
di kamus maka kita akan menemukan banyak kata yang artinya
adalah maaf yaitu : Sumimasen,
gomen, gomen nasai, moshiwake nai, moshiwake gozaimasen,
owabi o moushi agemasu dll. Kata pertama dipakai
sebagai kata umum dan paling banyak dipakai yang artinya
juga kadang berarti "permisi" ketika menanyakan
arah jalan dan sebagainya, jadi cukup mudah untuk digunakan.
Sedangkan dua kata terakhir paling banyak dipakai untuk
situasi formal atau untuk kesalahan yang dianggap lebih
serius.
Keseriusan penggunaan kata maaf sangat
penting dan tidak boleh dilakukan dengan setengah hati kadang
berakibat panjang, seperti pada beberapa kasus yang pernah
saya jumpai. Pihak yang dianggap kurang serius dalam meminta
maaf diminta untuk mengulang kembali permintaan maafnya
dan hal itu dilakukan di depan umum seperti kasus pelayanan
buruk di sebuah rumah makan. Selain semua kata di atas mungkin
Anda pernah juga mendengar kata Gomen
Chai, yang umumnya dipakai oleh anak anak. Kemudian
ada juga kata lain yaitu Shitsurei
Shimasu yang artinya adalah "permisi"
yang umum kita dengar pada di lingkungan hotel atau rumah
makan, namun kadang dalam kondisi tertentu juga bisa berarti
maaf.
Untuk kasus yang sangat serius, apalagi
sampai berujung kecelakaan fatal atau bahkan kematian, minta
maaf dilakukan dengan membungkuk serendah bahkan tidak jarang
sampai bersimpuh di atas lantai atau tanah.. Minta maaf
dengan melakukan bunuh diri sebagai rasa penyesalan tertinggi
kadang dianggap mulia oleh orang Jepang, khususnya di masa
lalu. Jadi tulisan bagian terakhir ini dipakai sebagai gambaran
betapa pentingnya arti "minta maaf" bagi orang
Jepang.
Tepat waktu
Tepat waktu adalah suatu yang sangat penting
dan berlaku juga di negara kita walaupun kadang dalam batas
toleransi yang berbeda. Keterlambatan kadang adalah hal
yang tidak bisa dihindari jadi memberikan khabar terlebih
dahulu dengan telephone atau lainya adalah hal yang sangat
dianjurkan. Keterlambatan tanpa khabar berati akan membuat
rekan kita menjadi khawatir dan berpikir pada hal yang terburuk
seperti kecelakaan, sakit mendadak dan sebagainya. Membiarkan
situasi tidak menyenangkan seperti ini tanpa pemberitahuan
apapun adalah suatu kesalahan besar karena dianggap tidak
menghargai perasaan teman. Sistem transportasi Jepang yang
sangat modern membuat alasan klasik seperti kemacetan lalu
lintas, hujan, banjir dan sejenisnya adalah hampir tidak
mungkin. Kebiasaan orang Jepang (umumnya) adalah datang
lebih cepat dari waktu yang disepakati. Dalam hubungan bisnis
tentu saja berlaku aturan yang lebih ketat lagi.
Etika di Tempat Publik
Hampir sama dengan bagian sebelumnya, yaitu
salam greeting, bagian ini juga hampir sebagian besar bersifat
umum atau universal. Hanya beberapa bagian kecil saja yang
perlu diperhatikan, karena sepertinya hanya berlaku di negara
Jepang saja.
Berjalan di trotoar
Trotoar umumnya berati sebagai tempat untuk
pejalan kaki, namun di negara tersebut trotoar juga berfungsi
sebagai tempat untuk para pengendara sepeda. Walaupun umumnya
terotor di negara tersebut cukup lebar namun karena banyaknya
pengguna, baik para pejalan kaki maupun pengguna sepeda
maka etika sedikit diperlukan khususnya untuk trotoar yang
sempit. Berjalan bergerombol sebaiknya dihindari. Kemudian
berpegangan tangan mungkin bukanlah hal tabu di negara tersebut,
namun untuk kondisi tertentu hal itu juga sebaiknya tidak
dilakukan.
Escalator
Berdiri berjejer atau berduaan di escalator,
mungkin merupakan hal bisa dilakukan di negara lain, namun
untuk situasi di Jepang, hal itu tidak umum dilakukan. Sebagian
orang (terpaksa) harus terus berjalan atau berlari walaupun
di escalator sekalipun. Jadi semua orang harus menyediakan
sedikit ruang kosong untuk golongan ini. Terlebih lagi di
waktu pagi hari atau di areal stasiun, situasi ini yaitu
tidak memenuhi badan escalator adalah sangat penting.
Memasuki siang hari, situasinya menjadi
sedikit longgar karena saat itu biasanya adalah waktunya
para ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu lebih
dan aturan itu menjadi jauh lebih santai saat kita memasuki
pusat perbelanjaan. Bisa dimaklumi tentu saja karena dimanapun
sepertinya jarang ada orang yang berbelanja dengan tergesa
gesa.
Sekali lagi secara tertulis aturan tentang
hal ini bisa dikatakan tidak ada dan juga apakah kita harus
berdiri di sebelah kanan atau kiri escalator juga tidak
ada aturan pasti karena tiap daerah biasanya berbeda. Misalnya
daerah Tokyo, kita berdiri sebelah kiri dengan menyisakan
ruang kosong di sebelah kanan, namun daerah lain seperti
Osaka misalnya berlaku sebaliknya. Cara mudahnya adalah
mengikuti orang yang ada di depan kita. Yang jelas, berdiri
berjejer ke samping apalagi sampai bermesraan dan pegangan
tangan adalah tidak disarankan.
Memotret
Berkunjung ke negara lain tentu dokumentasi
menjadi sangat penting. Banyak hal menerik yang tidak ingin
kita lewatkan begitu saja namun etika dasarnya hendaknya
tetap tidak boleh dilupakan. Memotret di tempat umum tentu
saja tidak dilarang sepanjang yang kita potret adalah diri
sendiri, keramaian, gedung, bangunan (asal jangan di depan
bank).
Memotret orang secara langsung apalagi
mengarahkan kamera langsung ke muka orang yang bersangkutan
tentu saja sangat tidak pantas. Memotret dengan mencuri,
atau secara diam diam (candid) sepanjang tidak diketahui
oleh yang bersangkutan tentu saja tidak masalah namun urusannya
bisa menjadi besar kalau ketahuan. Jadi meminta ijin terlebih
dahulu adalah salah satu tindakan yang cukup bijak menurut
saya. Satu hal yang pasti untuk areal di dalam supermarket
atau tempat belanja photography sepenuhnya adalah dilarang,
walaupun untuk dokumentasi pribadi, sedang di rumah makan
biasanya diperbolehkan dalam batas tertentu. Untuk areal
keramaian publik dan tempat wisata tertentu, penggunakan
tripod kadang dilarang.
Kereta api
Memasuki kereta api satu hal yang paling
harus diperhatikan adalah penggunaan telephone, merokok
serta makanan dan minuman. Telephone harus di switch ke
mode silent. Merokok, makan dan minum di dalam kereta adalah
dilarang. Untuk dua hal terakhir sepertinya masih bisa ditoleransikan
khususnya pada kereta tertentu khususnya antar kota, bukan
pada saat jam sibuk atau dilakukan dengan sedikit tersembunyi.
Membawa banyak barang atau tas atau koper
dalam jumlah banyak dan besar sebaiknya dihindari dilakukan
pada jam sibuk. Hal ini kadang sedikit susah untuk dihindari
khususnya untuk wisatawan pada saat kedatangan atau keberangkatan.
Cara terbaik biasanya dilakukan dengan menunggu jam sibuk
berlalu, berangkat lebih awal atau menggunakan alat transportasi
lain seperti taksi misalnya yang walaupun lebih mahal tapi
setidaknya aman dari keluhan penumpang lainya.
Hal lain yang mungkin sudah Anda ketahui
adalah tempat duduk yang bertanda untuk Priority Seat, yang
sebaiknya tidak dipakai karena tempat ini khusus pada orang
tua, sakit, wanita hamil, lanjut usia dan menawarkan tempat
duduk yang kita miliki pada saat yang diperlukan. Bagian
terkahir ini adalah kerelaan saja karena banyak juga orang
Jepang yang tidak menjalankannya dengan pura pura tertidur
atau tidak melihat.
Memandang atau menatap tanpa alasan terlebih
pada orang yang tidak dikenal, tentu saja sangat tidak sopan
dan hal ini sepertinya berlaku di mana saja. Namun berkumpul
dalam ruangan sempit seperti dalam kereta sepertinya cukup
susah untuk "menempatkan mata" dengan benar. Hal
ini sepertinya di alami juga oleh orang Jepang. Kebanyakan
dari mereka biasanya mencoba sibuk dengan membaca, bermain
game di hp, atau membaca sejumlah iklan yang tertempel di
dinding atas kereta kalau Anda dalam posisi berdiri. Sedangkan
kalau dalam posisi beruntung karena mendapat tempat duduk
biasanya mereka lebih banyak yang memejamkan mata berpura
pura tidur atau tidur benaran.
Etika Bertamu
Memberi khabar dan salam
Memberi khabar terlebih dahulu adalah hal
penting dalam etika bertamu ke rumah seseorang di Jepang.
Anda tidak bisa datang begitu saja tanpa pemberitahuan.
Privasi mungkin adalah alasan pertama, kemudian alasan kedua
adalah karena aktivitas. Besar kemungkinan Anda tidak akan
menjumpai siapapun dalam rumah karena sebagian besar dari
mereka beraktivitas diluar seharian, entah karena kerja
atau aktivitas lain.
Saat memasuki rumah orang lain mereka biasanya
memberi salam dengan kalimat Ojamashimasu
sebagai salam pertama yang mungkin berarti permintaan maaf
karena telah merepotkan tuan rumah karena kunjungan kita
(Jama = merepotkan).
Pada saat keluar rumah baik untuk rumah sendiri atau rumah
orang lain yang kita tumpangi maka dipakai salam Ittekimasu
, sedangkan saat pulang dari memakai salam Tadaima.
Sandal atau sepatu
harus dilepas
Ini tampaknya tidak terlalu susah bagi kita karena umumnya
juga berlaku di negara kita namun dengan sedikit perkecualian.
Kebanyakan rumah orang Jepang berlantaikan kayu dan beberapa
ruangan adalah berlantaikan tikar rumput (Tatami).
Untuk menjaga kebersihan lantai dan juga menghindari kerusakan,
melepas sepatu atau sandal adalah wajib dan menggantinya
dengan sandal khusus dalam rumah. Kalau sandal pengganti
tidak ada, atau tuan rumah tidak menyediakannya, abaikan
saja, karena bukan merupakan masalah besar, kecuali waktu
musim dingin, atau kaos kaki anda berlobang pada bagian
jarinya.
Biasanya sepatu akan diletakkan dengan
ujung menghadap ke arah pintu (keluar) dengan rapi. Sebagai
pihak tamu kita wajib melakukan hal ini, walaupun mungkin
tuan rumah sendiri tidak meletakkannya dengan rapi, namun
minimal ujung sepatu biasanya masih menghadap keluar.
Catatan : Aturan ini kadang berlaku
juga ketika memasuki rumah makan khususnya yang berlantai
tatami atau rumput serta untuk tempat tertentu seperti rumah
sakit, klinik, kuil dll.Hal paling mudah untuk mengindari
kesalahan yang fatal adalah menanyakannya terlebih dahulu
atau melihat dengan melihat posisi lantai. Lantai dengan
posisi lebih tinggi, ruangan beralaskan tikar atau kayu,
untuk memasukinya dipastikan harus melepas sepatu ketika
memasukinya. Memasuki kantor, ruangan atau rumah berlantai
keramik, ruangan berkarpet kamar hotel bertype western style,
sepatau tetap dipakai.
Duduk di atas tikar atau
lantai
Duduk dengan menduduki kaki dan arah kaki
menghadap ke belakang. Ini adalah sikap dan cara duduk yang
formal. Untuk situasi tidak formal, duduk bersila dianggap
wajar, namun tidak untuk wanita kecuali untuk hubungan yang
sudah sangat dekat. Duduk gaya jongkok juga, rebahan atau
tidur di lantai bisa dilakukan namun semuanya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi saat itu.
Menggunakan toilet
Jangan masuk toliet dengan sandal rumah.
Gunakan sandal toilet yang sudah tersedia dan hanya dipakai
ketika di dalam toilet saja. Hal ini sedikit susah tampaknya,
karena letak toilet yang biasanya di dalam rumah dan mengganti
sandal (lagi) ketika memasuki toilet adalah hal yang sering
terlupakan. Kebiasan orang asing yang tinggal di Jepang
pada umumnya adalah memakai sandal biasa masuk ke dalam
ruangan toilet atau lupa melepas sandal toilet ketika keluar
dan tetap memainya jalan jalan di sepanjang rumah.
Tutup kembali tutup jamban, setelah selesai dipakai. Kebanyakan
jamban dilengkapi dengan listrik pemanas yang akan menjaga
permukaan jamban tetap hangat ketika diduduki yang sangat
berguna ketika musim dingin. Membiarkan kloset dalam keadaan
terbuka akan sangat berpengaruh ke tagihan rekening listrik
bulan berikutnya. Jadi walaupun kelihatannya sepele tidak
ada salahnya untuk diperhatikan.
Etika Menginap
Di dalam budaya Jepang, menginap di rumah
orang, kenalan atau bahkan saudara kandung sekalipun sangatlah
tidak umum dilakukan terlebih untuk mereka yang sudah berkeluarga
dan tinggal di daerah perkotaan. Hal ini mungkin disebabkan
karena kebanyakan orang tinggal di apartment yang sempit,
terdiri dari satu atau dua kamar saja jadi (menurut mereka)
hanya cukup untuk satu atau dua orang. Umumnya pihak tamu
lebih suka memilih tinggal di hotel ataupun penginapan kecil
yang bisa ditemukan dengan mudah di berbagai tempat bahkan
untuk desa kecil sekalipun.
Namun walaupun tidak umum, menginap di
rumah orang Jepang bukanlah tidak ada sama sekali yang biasanya
disebabkan karena hal khusus misalnya hubungan relasi yang
sudah sangat dekat atau menerima kunjungan orang asing dalam
rangka pertukaran budaya. Khusus untuk bagian terakhir,
pihak tamu umumnya akan menginap di rumah yang "sesungguhnya"
atau minimal ada style tradisionalnya seperti pintu geser
dari kertas, lantai rumput tatami dll.
Pihak tuan rumah umumnya pada awalnya
akan menyiapkan baju tidur, seprai dan tempat tidur baru
pada pihak tamu. Pada hari terakhir pihak tamu akan merapikan
kembali semua peralatan tersebut, melepas seprai dan alas
bantal dan mencucinya atau minimal menaruhnya di dekat mesin
cuci. Kemudaian pada saat pulang dan telah sampai di rumah
maka memberi khabar dengan telephone atau surat sebagai
pemberitahuan bahwa kita sudah tiba di rumah sampai dengan
selamat, adalah wajib dilakukan. Pemberitahuan ini penting
karena selain untuk memberi khabar terakhir, juga dipakai
sekali lagi untuk mengucapkan rasa terima kasih.
Selama menginap, makan, minum dan mungkin
juga hal lainya umumnya adalah merupakan tanggung jawab
pihak tuan rumah. Jadi selama menginap, kita dianggap sebagai
bagian dari keluarga. Sebisa mungkin semua aktivitas termasuk
bersih bersih (ringan) dan makan akan dilakukan bersama.
Jadi menginap hanya untuk numpang tidur atau memanfaatkan
rumah teman sebagai pengganti hotel yang mahal, beli dan
makan sendiri diluar atau membawanya ke dalam kamar dan
makan tanpa berbagi, tentu saja dianggap tidak sopan. Aturan
ini juga berlaku untuk tuan rumah.
Etika Makan Bersama
Salam Itadakimasu
dan gochisosama deshita
Orang jepang biasanya mengucapkan Itadakimasu
sebelum makan dan gochisosama deshita setelah makan, dengan
atau tanpa mencakupkan kedua tangan di dada. Salam ini diucapkan
sebagai ungkapan terimakasih kepada makanan, kepada petani
yang menanam dan membesarkan makanan, ibu atau tukang masak
yang mengolah makanan dan tentu saja sang pencipta. Jadi
terima kasih diucapkan kepada semua mata rantai proses sampai
makanan itu terhidang di depan kita. Ucapan ini adalah wajib
khususnya ketika mendapat jamuan makan dari orang atau rekan
lain, sedangkan kalau makan seorang diri sendiri tentu saja
etika ini dan juga semua etika lainya menjadi tidak berlaku.
Note : beberapa
rekan beragama lain mengatakan salam ini haram hukumnya,
jadi ada baiknya dikonsultasikan dulu dengan yang lebih
tahu.
Menggunakan sumpit
Jangan menancapkan sumpit di dalam cawan
nasi. Jangan menyerahkan makanan secara langsung dari sumpit
ke sumpit. Jangan menunjuk atau mengerakgerakan sumpit ketika
berbicara. Jangan meninggalkan sumpit terbenam dalam kuah
atau makanan tapi taruh berjajar di atas piring atau di
tempat dudukanannya. Bila mengambil makanan dalam piring
besar, gunakan sumpit dengan ujung terbalik (batang sumpit)
atau sendok yang telah tersedia. Hal ini dilakukan dengan
dua tujuan yaitu ujung sumpit yang telah masuk ke mulut
dianggap tidak etis dipakai mengambil makanan di piring
utama. Sedangkan yang kedua, ujung sumpit yang telah menyentuh
makanan tertentu akan mempengaruhi rasa dari makanan lainnya.
Aturan yang sangat membosankan menurut saya.
Berbagi makanan
Makan bukan cuma sebatas urusan perut,
tapi juga masalah kebersamaan, saling peduli. Jangan asik
makan sendiri, tapi cobalah bagi makanan pesanan kita sendiri
ke teman makan. Tawarkan mereka beberapa bagian kecil makan
yang kita pegang. Umumnya makanan akan dibagi dengan piring
kecil secara merata, jadi bisa mencoba banyak variasi rasa
dalam sekali makan adalah hal yang sangat disukai oleh kebanyakan
orang jepang.. Usakahan menuangkan air atau teh dari pot
besar ke gelas teman makan anda. Untuk jamuan dengan minuman
beralkohol atau bir aturannya lebih ketat lagi yaitu jangan
biarkan gelas pasangan makanan anda sampai kosong ! Segera
tuangkan minuman baru kalau isi gelas parter Anda mulai
berkurang. Walaupun anda sendiri tidak minum alkohol, karena
kebetulan bertugas sebagai pengemudi atau sebab lain, aturan
ini tetap perlu sebagai wujud peduli pada situasi lawan.
Menyisakan makanan
Menyisakan makanan adalah sangat tidak
sopan bagi orang tuan rumah atau orang yang menjamu anda.
Kebanyakan orang Jepang akan menghabiskan makanan sampai
butir nasi terakhir. Makanan yang tersisa di piring besar,
masih bisa disimpan atau dimakan oleh anggota lain, sedangkan
makan sisa dari piring sendiri akan terbuang percuma. Dimanapun
nasi rasanya pasti sama jadi tidak ada alasan untuk menyisakannya.
Makanan lain bisanya diambil dalam porsi kecil dan ditambah
lagi kalau terasa kurang. Dalam lingkungan rumah makan,
pelayan atau tukang masak kadang akan menanyakan ke kita
kalau makanan di piring masih tersisa banyak sedangkan untuk
jamuan gaya prasmanan di lingkungan hotel, bisa jadi mereka
akan mengenakan biaya tambahan kalau makanan yang kita ambil
masih tersisa walaupun kasus ini sebenaranya sangat jarang
terjadi.
Setelah makan
Setelah makan makan bisanya semua orang
terlebih pihak tamu akan mengucapkan Gochiso
samadeshita dan kadang disambung dengan kalimat
oishiikatta desu . Ucapan
ini terutama yang terakhir yang artinya makanannya
sangat enak, sepertinya adalah umum dilakukan
walaupun bisa jadi makananannya adalah tidak enak, kurang
garam, tanpa rasa karena dimasak tanpa bumbu dan cabe !
Dalam lingkungan keluarga, orang yang
bertugas memasak biasanya tidak merangkap sebagai pencuci
piring. Jadi kalau tukang masaknya adalah sang ibu, yang
bertugas mencuci piring biasanya adalah si bapak, anak atau
anggota keluarga lainnya. Sedangkan pada saat posisi kita
adalah sebagai tamu maka tuan rumah biasanya walaupun dilarang
biasanya pihak wanita atau istri akan bersikeras untuk membantu
mencuci peralatan makan. Umumnya ucapan terima kasih untuk
jamuan makan tidak cukup hanya diucapkan sekali saja sehingga
ucapan terima kasih akan diulangi lagi pada pertemuan selanjutnya.
Pembayaran dan bingkisan
Umumnya orang Jepang akan membayar harga
makanannya sendiri sendiri jadi total harga makanan akan
dibagi rata sampai jumlah sen terkecil untuk tiap orang.
Biasanya kasir sudah mengetahui apa yang harus dilakukan.
Kalau acara jamuan makan adalah bersifat undangan maka berlaku
aturan umum yaitu pihak pengundang yang akan membayar semua
makanannya. Namun biasanya pihak yang diundang merasa tidak
enak kalau hanya datang untuk makan saja jadi mereka biasanya
akan membawa bingkisan kecil sebagai rasa terima kasih.
Bingkisan itu biasanya adalah kue, sake
atau wine kalau kita sudah yakin pihak pengundang bukan
berpantang terhadap alkohol. Jamuan yang dilakukan di rumah,
maka wine akan dibagi dan diminum pada saat jamuan sedangkan
untuk jamauan di rumah makan hal ini tentu saja tidak bisa
dilakukan karena aturan (tidak tertulis) dari rumah makan
bisanya melarang membawa makanan atau minuman dari luar.
Etika Mandi
Mandi pun ada aturannya ? Lha, mau dibilang
apa, karena begitulah kenyataanya. Kalau Anda melakukannya
di kamar mandi sendiri tentu tidak ada aturan apapun yang
perlu dijalankan namun kalau tinggal di rumah keluarga atau
mandi di pemandian umum tentu saja ada etika kecil yang
harus diketahui.
Sedikit perlu digaris bawahi disini adalah
kata mandi selalu mengacu pada mandi gaya Jepang atau Ofuro
yaitu berendam di bak mandi atau kolam dengan air yang bersuhu
sekitar 40% Celcius. Sedang mandi dengan mengguyur air ke
badan dengan shower adalah merupakan mandi gaya barat yang
disebut dengan Shawa
(Shower). Untuk mandi yang terakhir ini biasanya cukup dilakukan
di rumah secara perorangan jadi tentu saja hampir tidak
ada aturan apapun yang perlu diperhatikan.
Mandi di pemandian umum
Sebelum masuk ke kolam atau bak mandi,
badan harus dibersihkan atau diguyur dengan air berkali
kali. Selain bertujuan menyesuaikan suhu badan dengan suhu
air kolam juga bermaksud untuk membersihkan keringat yang
ada di badan. Pada saat masuk ke dalam kolam, handuk kecil
yang kita bawa yang berfungsi untuk penutup tubuh, tidak
boleh sampai ikut terendam jadi ditaruh di batu di pinggir
kolam atau melipatnya dan menaruhnya di atas kepala. Bermain
air, berenang dalam kolam atau mencuci handuk yang dibawa
adalah dilarang.
Pemandian umum sebetulnya tidak cuma berfungsi
sebagai tempat mendi saja tapi juga sebagai tempat rekreasi,
penyembuhan dan tempat sosialisasi antar atasan dengan bawahan
atau antar relasi. Bukan pemandangan yang aneh kalau sesekali
kita melihat seseorang menggosok punggung orang lain. Biasanya
hal ini dilakukan oleh bawahan pada atasannya atau anggota
keluarga yang lebih muda pada anggota yang yang lebih tua.
Mandi di rumah
Satu hal yang paling berbeda antara mandi
di pemandian umum dengan di rumah adalah luas bak mandi
untuk berendam yang hanya cukup untuk satu orang dewasa
saja jadi mandi di rumah berarti harus dilakukan secara
bergilir. Aturan standardnya, yang mendapat giliran mandi
paling akhir biasanya bertugas membersihkan dan mengeringkan
kamar dan bak mandi, sedangkan orang yang mandi paling awal
bertugas menyiapkan tempat tidur (Futon).
Note : Mandi umumnya dilakukan sebelum tidur. Sedangkan
tidur gaya Jepang berarti harus menyiapkan kasur dan selimut
serta melipat dan menyimpannya kembali pagi harinya.
Karena air yang dipakai di bak kamar mandi
umumnya bukanlah air yang mengalir terus menerus seperti
di pemandian umum yang berarti orang yang mendapat mandi
ke dua akan berendam di bak mandi dengan ari yang sama maka
badan harus di cuci sebersih mungkin sebelumnya. Jadi terlebih
dahulu kita harus mandi seperti layaknya mandi biasa memakai
shower, menyikat seluruh badan sebersih mungkin, membilasnya
setelah bersih barulah masuk dan berendam di bak mandi.
Jadi bak mandi hanya berfungsi sebagai tempat berendam saja.
Terakhir setelah dirasa badan cukup hangat badan dibilas
dengan air bersih atau air shower sekali lagi dan aktivitas
mandi yang disebut Ofuro
inipun berakhir.
Mengenai urutan, siapa yang mandi paling
awal dan siapa paling akhir tidaklah terlalu penting dan
tergantung kesepakatan saja. Umumnya anak terkecil mendapat
giliran paling awal karena harus tidur lebih awal dan berangkat
ke sekolah lebih pagi.
Demikianlah ranguman yang bisa saya buat
tentang etika dasar pergaulan sehari hari orang atau tinggal
di Jepang. Etika lainya, kalau terlewatkan akan saya tambahkan
lagi nanti. Tulisan ini dibuat sepenuhnya berdasarkan pengalaman
dan pengamatan belaka yang bisa jadi berbeda dengan etika
yang Anda pelajari. Sekali lagi tidak ada buku resmi yang
bisa dijadikan panduan karena etika itu sendiri merupakan
suatu aturan yang tidak tertulis.
Salam
Ditulis oleh : nyoman ardika
Osaka 07 Januari 2007
Diedit kembali tanggal 02 Agustus 2009
Refferensi : -
top page
|